Minggu, 30 September 2012

CURHATAN 28 SEPTEMBER 2012 : KEKHAWATIRAN DALAM LDR



Malam ini malam yang spesial karena saya mendapatkan 2 klien sekaligus. Hebatnya lagi mereka berkonsultasi nyaris dalam waktu yang bersamaan. Berikut kira-kira percakapan antara saya dengan klien.

A = klien
B = admin

A =  sedang apa?
B = sedang dalam perjalanan. Kenapa?
A = tidak apa-apa. Hehe
B = saya kira kamu mau curhat.
A = sebenarnya memang begitu.
B =  kalau begitu silahkan curhat.
A = tapi jangan dipublikasikan ya?
B = aku publikasikan tapi tanpa menyebutkan nama. Bagaimana?
A = serius jangan menggunakan nama ku ya? Nama samaran saja. Takutnya dibaca oleh orang yang kita kenal.
B = tenang saja. Aku di sini menggunakan istilah klien.
A = pacar ku sering tidak mengirimiku pesan hingga sehari penuh. Sedih. Sering aku tanyakan, jawabannya selalu membuat aku percaya begitu saja dan aku tidak marah sekalipun tadinya aku ingin marah. Tetapi yang membuatku sedih itu jika tidak ada teman untuk saling SMS, aku pasti memikirkan dia terus. Tetapi jika aku saling SMS dengan teman pria ku, aku tidak mengkhawatirkannya. Dia tidak mengirimiku pesan sehari penuh pun tak mengapa. Bagaimana sebenarnya aku ini? Aku ini benar-benar cinta atau tidak ya padanya? Apa sifatku itu muncul karena merasa dia terlalu mementingkan pekerjaannya dibanding aku? Aku bingung.
B = itu lah efek buruk dari  pacaran. Kita menjadi ketergantungan. Kita menjadi terlalu berharap pada seseorang. Aku sendiri sampai sekarang belum tahu apa tujuan atau esensi sebenarnya dari pacaran itu. Jadi kamu harus tahu dulu apa tujuan dari kamu pacaran.
A = ya untuk menikah. Terus hidup bersama selamanya. Tapi aku kurang yakin dengan hubungan kami.
B = mengapa tidak yakin?
A = banyak wanita di sekitarnya cantik-cantik dan seksi-seksi dan sering mengobrol dengannya. Pria mana yang tidak melirik?
B = jika memang kamu pacaran ingin belajar menjadi istrinya, berarti kamu juga harus belajar memberi kepercayaan padanya. Belajar lah jadi istri yang sesungguhnya.
A = iya, aku belajar buat percaya kepadanya. Tapi bukan berarti dari tadi siang sampai sekarang aku tidak dikirimi pesan juga kan? Sakit kalau harus memaksakan hati untuk percaya dan sabar, sedangkan dia sehari penuh tidak ada waktu untukku.
B = apakah dalam berpacaran ada aturan yang mengatakan bahwa kita harus saling mengirimi pesan singkat setiap hari? Tidak ada kan peraturan yang mewajibkan seperti itu?
A =  memang iya. Tetapi sebagai pacarnya aku kan ingin tahu dia sedang apa. Aku tidah butuh berbalas mengirimi pesan terlalu lama. Kalau memang sibuk, cukup berkata “ aku di sini yang, sedang sibuk”, sudah.aku pasti tidak akan khawatir lagi dan berusaha percaya saja. Sering aku berkata seperti itu kepadanya. Jika dia tidak mengirimi ku pesan singkat seperti ini, kepalaku penuh dengan tanda tanya, gelisah, khawatir, was-was, pokoknya lengkap lah. Terus aku harus bagaimana? Cuek?
B = kamu tahu apa alasannya dia tidak mengirimimu pesan singkat?
A = tidak.
B = kalau begitu kamu harus cari tahu dulu alasannya dia tidak mengirimimu pesan singkat. Ada asap ada apinya lho.
A = itulah permasalahannya. Dia tidak membalas pesan singkatku. Bagaimana caranya aku bisa tahu? Apa aku harus menunggu sampai besok? Sedangkan malam ini perasaanku sudah kacau. Apakah dia tidak tahu bahwa aku mengkhawatirkannya? Takut dia melakukan hal yang tidak-tidak atau terjadi apa-apa  padanya. Apa berlebihan jika seseorang mengkhawatirkan pacarnya? Tidak kan?
B = mengkhawatirkan itu tidak berlebihan. Hanya caramu mengkhawatirkannya yang berlebihan. Coba pikirkan! Apakah dengan mengkhawatirkannya itu akan menjamin dia akan baik-baik saja? Tidak bukan? Sebesar apapun energi yang kamu gunakan untuk mengkhawatirkannya tidak akan pernah bisa merubah takdir apapun. Lagi pula kamu tidak tahu seperti apa posisi dia sekarang. Aku yakin kamu belum tentu bisa melakukan hal seperti yang sedang kamu inginkan sekarang jika kamu berada dalam posisinya sekarang.
A = khawatir itu sudah bawaan sejak pertama pacaran. Jadi aku harus bagaimana? Apa maksudnya aku egois?
B = percaya saja lah padanya. Berikan dia ruang gerak. Kalau egois, aku juga tidak tahu. Yang pasti kamu melihat masalah hany dari satu sisi.
A = pernah aku coba untuk diam. Tetapi jujur, itu justru membuatku berusaha melupakan dia. Tapi akan aku coba lagi. Terimakasih atas sarannya Mr. J***, dkk.
B = jangan sampai dilupakan. Berikan dia sedikit kebebasan. Jika kamu khawatir cukup berdo’a saja kepada Tuhan yang terbaik untuknya. Percaya saja dia sedang melakukan hal-hal baik di sana.
A = ok deh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar